Berbagi Ilmu Yuk...!

Kamis, 02 Februari 2012

Peninggalan Hindu di Indonesia


1.  Kedatangan Agama Hindu

Bukti tertulis atau prasasti tentang kedatangan agama Hindu di Indonesia ditemukan di Kalimantan Timur (Kerajaan Kutai) dan di Bogor (Kerajaan Tarumanegara). Prasasti itu dibuat pada batu dan ditulis dengan huruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta. Agama Hindu masuk ke Indonesia pada tahun 78 Masehi. Sebelum kedatangan agama Hindu, nenek moyang kita telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal. Sedangkan, dinamisme adalah pemujaan terhadap
benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Dalam masyarakat Hindu kita mengenal adanya empat tingkatan masyarakat menurut kasta, yaitu sebagai berikut.

1. Kasta Brahmana     : Para pendeta dan pemimpin upacara.
2. Kasta Ksatria           : Para raja dan bangsawan.
3. Kasta Weisya          : Para pedagang dan pekerja menengah.
4. Kasta Sudra            : Para petani, buruh kecil, dan budak.

Ada anggapan bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia melalui perdagangan dengan bangsa India. Para pedagang India menjual barang-barang yang bernilai tinggi, seperti logam mulia, perhiasan, kain, wangi-wangian, dan obat-obatan. Sedangkan, pedagang Indonesia menjual berbagai jenis kayu dan rempah-rempah. Pembeli barang-barang yang diperdagangkan itu adalah kaum bangsawan. Anggapan masuknya agama Hindu melalui pedagang India didukung dengan adanya perkampungan kaum saudagar India yang dinamakan ”Kampung Keling”. Salah satu ”Kampung Keling” yang tersisa ada di kota Medan.

Di dalam Agama Hindu dikenal dewa-dewa yang memiliki kekuatan luar biasa, antara lain Dewa Agni (api), Dewa Bayu (angin), Dewa Candra (bulan), Dewa Indera (perang), Dewa Brahma (pencipta), Dewa Wisnu (pemelihara), dan Dewa Siwa (perusak). Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa adalah Dewa tertinggi yang disebut ”Tri Murti”. Raja dianggap sebagai titisan dewa, maka raja juga sering dibuat patungnya. Bangunan batu tempat menyimpan patung dan dijadikan tempat pemujaan disebut candi. Fungsi candi juga sebagai tempat penyimpanan barang-barang milik raja. Kitab suci agama Hindu adalah Weda. Weda merupakan kitab yang berisi filsafat dan ajaran agama. Keseluruhan alam pikiran dalam kitab Weda disebut ”Vedisme”. Semua isi kitab Weda bersangkutan dengan upacara agama, terutama kurban. Kitab Weda terdiri dari empat bagian yang disebut ”Catur Weda”, yaitu Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda.

Gambar 1.2 Kitab Sama Weda
(Samaveda) berisi nyanyian-nyanyian
untuk upacara kurban di pura
Sumber: Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar, Penerbit PT Ichtiar Baru
van Hoeve Tahun 2005

 


Selain memiliki candi dan pura, masyarakat Bali yang beragama Hindu mengenal ritual tertentu, misalnya upacara ngaben (pembakaran jenazah) dilakukan dengan tujuan agar roh dan jasad orang yang meninggal dapat kembali ke asalnya (Maha Atman).









Gambar 1.3 Upacara Ngaben
Sumber: http://www.planet–asia.net
 
 




Galungan dan Kuningan adalah hari raya umat Hindu Bali yang dirayakan dua kali setahun. Hari raya Nyepi dirayakan setahun sekali, dengan melakukan kegiatan diam dan mematikan semua penerangan di dalam rumah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar